Batu neraka menjadikan hitam tubuhmu
Bahan bakarnya adalah tubuhmu
Pembakaran menghilangkan hitamnya dosamu,
Pertunjukan dimulai hentakan nafas saxophonist
Berkumpul menuju arena sebelum,
Batu neraka membakar dosa
Putih tetap putih
Hitam akan menjadi
hitam tetap hitam
putih akan hitam
hitam akan putih
(Sebuah sajak menemani manis dan lembutnya jiwa yang keras – Kremm studio)
(1994)Generasi Dengan Angka Sembilan Puluh. Kematian Kurt membuat penggemar Nirvana kehilangan. Terutama Boddah, sejak kecil ia menjadi teman virtual Kurt semenjak berumur 2 tahun Boddah lahir dari dalam kepala Kurt dan hanya menemaninya selama 27 tahun. Setelah letusan itu memecahkan kepala Kurt serta merta menghamburkan isi kepalanya, dengan begitu Boddah selamanya hidup dan keluar menjelma menjadi inspirasi tiap orang yang mengenal sosok Kurt Cobain.
Tiap generasi pasti ada yang akan menjadi personage seseorang atau sekelompok orang yang terkemuka. Boddah memberikan itu pada tiap orang yang membaca atau setidaknya mendengar suara teriakan dan melihat lompatan sahabatnya, terbukti siapa yang tidak mengenal Dave Grohl dengan Foo Fighter atau kemunculan Hole dengan Courtney Love. Dan hal itu berlangsung sampai detik nada ini karena Boddah adalah seorang pemuja ketenaran, seorang penggagum yang lahir dari kekaguman seorang yang banyak dikagumi dan ia mulai membenci itu sama halnya seperti Kurt yang mulai membenci popularitas tapi ia harus menjalani sebagai resiko hidupnya. Boddah berkali-kali menembak kepalanya tetapi tak pernah berhasil mengakhiri hidupnya karena ia tetap ada dan lahir kembali sebagai seorang yang memuja ketenaran.
(2002)Dan Esok Kita Berdansa JKT:SKRG. Dalam dirinya bersemayam jiwa ketenaran yang membayangi generasi tiap jamannya dan kini ia mulai membayangi diriku. Tiap kunaiki panggung ketenaran dan mulai kupujikan nyanyian untuknya, selalu aku melihat sosok yang sama didepan panggung diantara para pemuja ketenaran yang lainnya dan yang membedakannya dia hanya diam saja. Terbalut kemeja kotak lengan panjang profanely dan mengacungkan senjata ke kepalanya dan diakhiri dengan mengacungkan senjata api kearahku.
Esoknya kumelihatnya lagi kali ini dengan dressed yang berbeda dengan sepatu lars 16 lubang lengkap dengan baret dikepalanya dan lebih gawatnya kali ini yang dilakukannya ia menelan granat dan……….dud. Bom tangan itu tidak meletus lalu ia hendak melemparkan ke udara dan para pemuja lainnya bersorak mengakhiri perubahan tahun malam ini dengan luapan berapi-api, dan kumelihat ia tetap diam tak bergeming dan diakhiri dengan mengacungkan senjata api kearahku tapi berbalik dan meledakkan kepala dia sendiri.
Akhir tahun ini ditutup dengan penjualan album kami yang meningkat disebabkan insiden tewasnya seorang aparat yang frustrasi bertindak berlebihan ketika menghalau kerumunan massa di depan panggung dengan melempar gas air mata dan tiba-tiba seseorang dengan kemeja kotak lengan panjang profanely merebut senjata api di pinggang kirinya dan menembak dari jarak sangat dekat. Orang tersebut menghilang diantara kerumunan meninggalkan aparat yang tergeletak didepan panggung sendirian. Dan kerumunan seragam geram mulai bertindak dengan sporadis. Menyisir malam itu mencari dan memukuli tiap orang yang berpakaian profanely dan mengangkut diantara mereka yang dicurigai tapi tanpa barang bukti yang jelas mereka tidak berhak menahan. Di negara ini hukum sangat jelas dapat diperoleh dengan informasi yang sangat cepat diketahui, khususnya jika sebuah grup musik mendapat tuduhan melakukan tindakan anarki dan dituduh menyebabkan kerusuhan.
“ Itu diluar tanggung jawab kami,malam itu kami hanya bernyanyi ”
jawab pelantang suara band kami kepada media massa yang meliput.
Che de la Sase mulai banyak mendapat tawaran bermain dipanggung hebat dan itu mengakibatkan gelombang pemuja yang sangat besar dan terkadang hal itu tidak diantisipasi oleh penyelenggara acara sehingga beberapa kali terjadi insiden kecil, tetapi malam tahun baru itu adalah pukulan menyegarkan sekaligus mematikan. Aksi panggung kami mulai dibatasi dengan berbagai macam aturan juga beberapa atribut kami dilarang dan penjagaan keamanan semakin diperketat, sepikul jamur arak Bogor berkurang, kami hanya diperbolehkan mengkonsumsi bir itu juga produk zero. Yaitu merk minuman nol persen alkohol yang mensponsori kami. Dan akhirnya satu persatu personil mulai berpikir untuk meninggalkan band dan ingin konsentrasi dengan karir masing-masing. Malam ini adalah pertunjukan ketenaran kami yang terakhir, Paye de Namete melantangkan suaranya menegaskan pembubaran Che de la Sase tapi tidak untuk selamanya,
“ Kami tetap akan menjadi yang terdekat untuk para Sase ”
Diakhiri sorak sorai mencaci dari para pemujanya dan diredam dengan raungan distorsi serta noise yang tak pernah berakhir. Malam itu aku tidak melihat sosok terbalut kemeja kotak lengan panjang profanely lagi.
Aku sangat merasa kehilangan, tidak merasa sama seperti sebelumnya.
“ Tak percaya kurasakan terbawa, sungguh tempat yang dapat melupakan dan membawaku bahagia juga jauh dari kesombongan dan kebencian yang ternista”
( 0 Derajat – RumahSakit )
(2004) Storm And Stress (Perjuangan Keras).
The Struggler sebuah band dengan muatan kental kekerasan tengah berjuang menembus dapur rekaman. Saat itu aku menjadi salah satu juri untuk sebuah acara pencarian bakat, tak ada yang menarik minatku, sampai pada saat seorang remaja memasuki ruangan studio tempat diadakan audisi dengan celana blue jeans dan mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely menenteng gitar listrik Schecter hitam dan mengeluarkan pistol lalu mengacungkan kepada semua yang didalam ruangan musik berpendingin dan menarik pelatuknya lalu keluar api dari moncongnya dan yang lain sama sekali tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu hanya aku sendiri yang tertawa walau dalam hati, dan ia menyalakan sebatang rokok dimulutnya sejenak menarik asap hendak mengeluarkan suara gitarnya ia diminta dengan kasar untuk keluar dari ruangan. “Belum beken aja udah berlagak” masih terngiang-ngiang rupanya teguranku yang keras tadi ketika kuhampiri dan memberinya kesempatan untuk mengikuti audisi lagi, tapi ia menolak dan memainkan gitar listriknya didepanku dan ajaib seketika aku menjadi Boddah. “Mas, Aku ingin rekaman bisa bantu band aku ga?”
Permintaan tulus dari seorang remaja yang belum aku kenal tapi aku melihat potensi besar yang ada dalam dirinya. “Kamu masuk aja ke dalam, ikuti audisinya dan jika lolos kamu dapat kesempatan untuk rekaman…”
“Tapi apa cuma untuk aku?”
“Nanti akan ada posisi lain yang terisi jika lolos audisi pula… ”
“Berarti itu bukan band saya!”
“Kalian yang akan menjadi band baru tentunya…”
“Saya cuma mau bermain untuk band saya saja, permisi…”
Dan kumelihat kepergian ia meninggalkan jejak ketenaran yang akan membuat orang mengendus dan mengikuti kemana ia pergi. Melihat performance dari The Struggler menunjukan perjuangan mereka tak berhenti begitu saja karena penolakan-penolakan yang dihadapi, mereka malah melakukan aksi dengan gratis terlebih lagi membagikan rekaman dalam bentuk cd dengan cuma-cuma. Dan aku mengenali seorang diantara mereka yang bermain gitar utama sebagai orang yang membuatku menjadi Boddah ia pemain gitar kelompok The Struggler. Di setiap pertunjukan mereka aku selalu hadir mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely dan berdiam diri meredam gejolak oktan tinggi. Aku tidak merokok tapi selalu membawa korek api berbentuk senjata api dalam ukuran sebenarnya, dan selalu aku acungkan dari arah kepalaku dan berakhir ke arah panggung. Sesekali aku ditegur oleh petugas keamanan tapi setelah aku jelaskan bahwa ini korek api dalam bentuk senjata, baru dapat dimengerti dan selalu aku selipkan uang didalam bungkus rokok yang kuberikan padanya dan aku dapat melenggang bebas keluar ruangan.
Begitulah kawan dikota ditempat aku dibesarkan diajarkan untuk menyulap keadaan, berbeda dengan kota-kota lain yang mengajarkan menyuap petugas ketika terlibat suatu masalah. Sehingga aku mengenali beberapa wajah petugas yang berkeliaran dipanggung-panggung ketenaran, seragam mereka lebih dari tenar walau membungkus badan, jiwa dan wajah yang berbeda. Tidak sama apa yang nampak terlihat walau pangkat di bahu semakin tersusun rapat. Seorang teman pernah berucap selepas meninggalkan bangku sekolah jika ia diterima dalam tes masuk kepolisian tidak akan menggantungkan stik drum musiknya karena merasa itu sudah menjadi bagian jiwanya. Aku hanya tertawa mengingatnya ketika melihat dia membawa tongkat ditangannya dan menghalau para pelanggar batas di panggung ketenaran, temanku itu sudah berubah tidak lagi seperti dahulu membawa stik drum saat berseragam sekolah, kini ia membawa tongkat ketika mengenakan seragam hijau bertuliskan Pertahanan Sipil.
(2007) Akhir Perjuangan Band Di Depan Mata.
Setiap usaha keras pasti akan ada hasilnya, setelah berjuang keras mengatasi kesukaran-kesukaran menuju panggung ketenaran pada masa itu, maka akan ada hasil akhirnya. Perjuangan keras menjadi lunak seiring kemasyuran memanjakan masyarakat pejuang, dan karya termasyur berlomba menjadi yang termegah-megah diantara panggung ketenaran. Tiap pejuang mulai berhenti memperjuangkan apa yang dicita-citakan karena itu semua telah diperoleh, dan buah hasil dari perjuangan mereka telah dipetik sekarang bersamaan peluncuran album yang terakhir dari The Struggler. Kaimdante la Gerunge merasakan sebaliknya. Ia merasa ini semuanya baru dimulai kemarin dan tetap ingin terus berjuang demi Boddah agar tetap bersemayam dalam dirinya, jadi ketika rencana peluncuran album terakhir The Struggler ia menentang keras dan ingin terus menjalankan misi perjuangan.
Sinyal itu tertangkap dari single yang baru saja mereka keluarkan :
“Kemenangan mutlak pasti akan ditangan, Perbedaan bukanlah menjadi halangan”
Sebait lagu dari The Struggler berjudul Pertempuran Malaikat sampai di telinga Paye de Namete yang sedang konsentrasi membangun kembali Che de la Sase. Ia mengirim single sebagai upaya jawaban yang berjudul :
Palu Arit (Merah_Putih Di Dada Ku)
Bulan Merah Membentuk Arit Membelah Langit
Meniup Penolakan Kobarkan Bara Pemberontakan
Palu Baja Menghantam Dada Robohkan Penguasa
Militer Bertindak Rakyat Berontak
Che Akan Memburunya, Che de la Sase Akan Membunuhnya
Sekam Dalam Hati Lama Terobati Melihat Tarian Bunga Gerwani
Mengeksekusi Mati Musuh Kami Tapi Tanpa Tuduhan Konspirasi
Kami Tetap Cinta Dengan Ibu Pertiwi Walaupun Kami Golongan Kiri
Kami Tetap Cinta Dengan N.K.R.I
Lagu itu sebagai pertanda kemunculan kembali Che dengan semangat nasionalis kiri baru tapi terdengar sangat sepi ditelinga Kaimdante karena hanya berupa rekaman gitar akustik dibalut dengan suara datar, berbeda dengan Che de la Sase yang pernah ia ketahui sebelumnya yang penuh dengan nada memperlihatkan kemarahan.
“Mungkin ada yang telah berubah dengan Che” Kaimdante membatin.
“Sebaiknya kita temui saja” Sambung aparat bertongkat dari balik sebuah drum.
“Tidak usah, ia akan keluar juga” Jawab singkatnya.
Tidak mudah mencarinya karena Paye de Namete telah membisukan diri hanya berbicara dengan nyanyian dalam nada dan keberadaannya tidak diketahui, banyak teman dekatnya mengatakan ia telah mengasingkan diri di sebuah pulau yang bernama Pulau Bisu. Mungkin itu penyebabnya ia tidak terlihat lagi pada penampilan panggung The Struggler, tidak ada lagi sosok mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely berdiam diri dan mengacungkan senjata api kepada kami.
Yang kuingat terakhir kali adalah saat aku menyerang seorang aparat mabuk yang mencoba bunuh diri dengan meledakan diri dengan granat dan ingin melemparkan granat itu ke tengah kerumunan panggung ketenaran pada puncak malam akhir tahun baru, saat pertunjukan ketenaran Che de la Sase yang terakhir. Padahal?
Pertunjukan baru saja akan dimulai, gelombang ketenaran tetap masih bergulung membentuk lautan Boddah baru sebagai wujud dari kehausan akan personage. Kebisuan memang tak pernah mengganggu. Pulau Bisu dihuni oleh seorang penduduk yang sangat pendiam dan kediaman ternyata mengusik dan mengganggunya, sehingga dengan rutinitas tersebut ia mulai menyuarakan hatinya dengan melarung semua apa yang ia suarakan termasuk sisa rekaman saat menjadi Che. Dengan berkelanjutan dari radio satelit yang ia miliki, Paye de Namete memantau aktivitas para pejuang Boddah dan turut berpartisipasi dalam menyuarakan aspirasi mereka, termasuk dukungan doa dan nada. Pada sebuah kesempatan ia mendengar permintaan tulus dari seorang pejuang untuk turut bergabung dalam perjuangannya, dan menjawab dengan single Che yang berjudul Tuhan Tahu Tapi Menunggu.
“Lafzhul Jalalah Yaa Jabbaar Yaa Qahhaar Yang Maha-Maha Perkasa Kelak Berkehendak Tak Dapat Di Ingkari”
Dan segera menjadi hits menduduki peringkat chart playlist sebuah stasiun radio mengalahkan tembang hits Pertempuran Malaikat dari The Struggler. Hal itu membuat gusar pejuang dan para pejuang ingin menggempur Che dan menenggelamkannya bersama Pulau Bisu. Bersamaan dengan itu telah dipersiapkan oleh The Struggler sebuah lagu tentang kerusuhan sosial ditujukan untuk Che de la Sase yang berjudul :
Riot Comunniche
Berkata Bangsa(t) Telah Merdeka
Imprealis Che Menjajah
Semenjak Lama Tanah Bangsa Dijajah
Rakyat ingin Merdeka
Revolusi Sosial Di Dalam Dada
Tertanam Memuncak Di Kepala
Kaki Tangan Marxis Lepas Dari Belenggunya
Comunniche Berkuasa…Comunniche Meletuskan Pelurunya
Comunniche Berkuasa….Comunniche Meledakan Kepalanya
Revolusi Sosial Di Dalam Dada Tertanam Memuncak Dikepala
Kaki Tangan Marxis Lepas Dari Belenggunya
Comunniche Berkuasa… Comunniche Meletuskan Pelurunya
Comunniche Berkuasa…. Comunniche Meledakan Kepalanya
Palu Comunniche Menghantam Keras Badannya
Arit Comunniche Memutuskan Kepalanya
Palu Comunniche Mengetuk Pintu Musuhnya
Arit Comunniche Mengkebiri Kelaminnya
Lagu itu mendapat sambutan luar biasa besarnya dan mendorong gelombang besar itu untuk menenggelamkan pulau bisu bersama Che de la Sase, dan seperti diketahui sebelumnya Tuhan memang tahu dan tidak hanya menunggu juga memberi pertolongan pada hamba yang memohon padaNYA. Sebelum rencana itu diwujudkan Che membaca kitab Yang Maha Sastera dan memohon dengan khusyuk padaNYA agar mereka semua terhindar dari Tujuh Kutukan Kesusasteraan, dan mengalir deras air dari matanya lalu semakin lama semakin menenggelamkan pulau bisu. Sebelum tenggelam di kepulauan bisu, Che terdampar pada sebuah mercusuar sastera sebagai jawaban dari doa-doanya.
(2009 – Kepulauan Sastera Dan Mercusuar Hijau
Terdiri dari beberapa Archipelagos Nusantara berdiri megah sebuah mercusuar kesusasteraan sebagai penapis budaya di antara kepulauan muda-mudi yang masing-masing sibuk dengan pulaunya, hanya sedikit pulau yang dapat dikunjungi. Mungkin karena keterbatasan sarana akses masuknya. Terdapat sebuah kapuk yang ternyata itu adalah sebuah pulau yang hampir tenggelam padahal lahan dikapuk itu sangat basah walaupun terasa kering kerontang dan retak wujudnya. Saat itu kujumpai pula Boddah-Boddah baru yang akan menjelma menjadi manusia yang utuh tidak berupa imajinasi pikiran. Beberapa kesempatan aku dapat berdiskusi dengan penghuni kepulauan ini yang identitasnya sengaja aku samarkan :
“ Mereka harus kuliah sastra terlebih dahulu kalau ingin memahami esensialitas filosofis grafis dari rangkaian kata kami “
Jawaban dari salah satu mahasiswa jurusan Sastra Dunia pada suatu Universitas yang sangat membuat mata terpana dengan aksi dari kata-katanya dalam berbagai media.
“ Begitu toh, maka dari itu berikan dalam jumlah gratis jika ingin mereka Memahami tulisan busuk kalian, 100 majalah juga cukup “
“ Tapi, Kap…”
“ Iya toh, itu jika ingin dana menggelotor…”
“ Kalau begitu…”
“ Tapi tidak segampang itu, tahap awal cukuplah 7 kaleng uang logam 100rb Bagaimana tawaran saya? ”
“ Tapi Kap, kami benar-benar mengalami masalah sumber pendanaan, kalau kami harus membagikan kepada anak berseragam yang tidak memiliki isi kepala, maka kami akan menanggung kerugian serta dosa besar sastra dari 7 kutukan kesusasteraan dalam kitabYang Maha Sastra yaitu gagal membaca “
“ Mau bagaimana lagi Cong…”
“ Oleh karena itu saya lebih baik mengundurkan diri saja daripada saya berdosa dan benjol dikepala akibat 1 dosa sastra, saya permisi Kap mohon pamit…”
“ Mau ke mana Cong..”
“ Mau menunaikan ibadah membaca dahulu di ruang pustaka, mari Kap..,”
Begitulah sahabatku petikan pembicaraan kami, dan itu terus menggangguku untuk tidak terus memikirkannya terlebih lagi jawaban dari Kitab Yang Maha Sastera telah membawaku ke tempat ini. Jadi bagaimana aku bisa melanggar isi dari Kitab tersebut aku jelas akan menanggung besar beban dosa akibat kutukan sastera bagi yang melanggar setelah membacanya.
– Dan Sekarang) Bukan Akhir Dari Perjuangan.
Tiupan terompet membawaku pada malam peringatan itu genap setahun sudah memperingati sebuah tragedi tempat ini, konon katanya pada saat itu banyak terjadi pelanggaran kekerasan yang menyebabkan semua kepulauan larut setengah dalam dengan tenggelamnya sebuah pulau. Pada malam itu terlihat kembali sosok-sosok dengan celana blue jeans dan mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely, seketika aku melihat dan merasa Boddah telah kembali untuk menyebarkan virus ketenaran setelah melewati beberapa kematian.
Mempersiapkan kematian itu lebih sulit ketimbang harus menjalaninya, itu yang selalu aku tanamkan kepada 26 penduduk pulauku yang baru. Pulau Pembunuh, dan memang tak mudah untuk menjawab semua pertanyaan dan tudingan di pulau kami, sedikit salah menjadi besar ketika pertanyaannya semakin membuat gusar. Sindikat besar di kepulauan pembunuh tak berwujud, tetapi dapat dirasakan keberadaannya dengan menjaga umat didik calon pembunuh. Rangkaian kata-kata mereka adalah parade dari korban-korbannya.
“ Kita akan membunuh Yahudiah ” Begitu ucapan pemimpin sindikat kami.
Dan esoknya keluar Struggling Palestine sebagai bentuk parade korbannya.
Dan begitu seterusnya sampai berkembang ke wujud semiotis yang lebih dinamis sehingga mampu memberikan peranan yang berarti dari penduduk kepulauan kami. Penduduk Pulau Pembunuh.
Aksi ini belum mendapat perlawanan karena kami berusaha serapih mungkin dan tak meninggalkan kekotoran dalam jejak-jejaknya. Boddah pelan tapi perlahan menjalari sekujur dinding dingin mercusuar, tidak seperti kebanyakan pulau di kepulauan sastera. Mercusuar Hijau tetap tegap dan kokoh menjulang menjembatani perbedaan serta memberikan penerangan ditengah kegelapan mata, hal ini membawa dampak besar akan terciptanya peradaban Sastera Dunia.
Dimana perbedaan bukan menjadi masalah dan menjadi budaya baru ditengah krisis identitas kebudayaan akibat membanjirnya budaya asing.
Glosarium
Personage : Orang (yang) terkemuka,tokoh.
Profanely : Dengan sucinya.
Dressed : Berpakaian.
Lars : Boot,millitary boots.
Noise : Gaduh,riuh,kegaduhan,bunyi,menyiarkan.
Struggler : Orang yang berusaha/bekerja keras,pejuang.
Schecter : Merek sebuah alat musik.
Performance : Pertunjukan,perbuatan,pelaksanaan,penyelenggaraan,pergelaran.
Single : Lagu yang satu demi satu dikeluarkan.
Archipelagos : Mengenai kepulauan.
Dud : Sesuatu yang tidak meletus.
Storm & Stress : Perjuangan keras.