PENGAMEN DI BULAN RAMADHAN.

“Allahuakbar..Allahuakbar…” Suara adzan Dzuhur berkumandang, Mama Oneh meninggalkan jahitannya dan bergegas untuk bersuci, wudhu ke belakang lalu segera menunaikan sholat Dzuhur setelah menutup pintu.
Tidak lama setelah itu datang seorang pengamen dengan kotak musik karaoke dangdutnya yang sangat berisik dan mulai bernyanyi dengan alat itu, sementara dari dalam Davy berusaha bersabar dan menahan kesalnya tapi tidak berhasil sehingga ia keluar dari kamar menuju pintu lalu membukanya sembari mengacungkan celurit dan berkata “lu ga lihat orang lagi sholat, elu pengen di sholatin? matiin…!! ”
Dan lalu pengamen itu lari tunggang-langgang.
(ditulis berdasarkan kejadian nyata/nametulis_2012)

Aku Adalah…(Potongan SMS Yang Hilang)

Kumenelusuri susuran rumbai nasib hingga sampailah di persimpangan hidup dengan kursi roda, Padahal dahulu ketika aku pertama kalinya menginjakkan kaki di Ibu kota, Aku turut pula membangun gedung perkantoran yang tadi kulewati. Ketika pagi dan tiap malam menjelang,kuparkirkan diriku yang lelah lalu kutelusuri jalan ini dengan langkah yang pasti.

Begitulah masa tua yang aku jalani

(Ahmad Subari – RS KARTIKA_12 JUNI 2009_17:30 WIB)

Putus nafas hampir mati aku diperdaya nasib, Jatuh bangun silih berganti awan hitam tak juga kunjung hilang, kenapa menggelayut masa tuaku? Aku tak mengerti kuasa tangan Ilahi sanggup “menyetel” keadaan seperti memutar piringan hitam dan mengeluarkan jeritan menyayat hati saat mendengar iringan untaian doa yang seharusnya terdengar mengalun indah. Tak kuasa ku menahan lelehan air di kedua kelopak mata tuaku. Masih tergambar jelas tanah kampung masa kecil yang kutinggalkan demi sepotong besi harapan yang kini mulai berkarat termakan korosi waktu. Ingin aku seperti yang selalu menjadi harapan kakekmu yang seorang polisi agar kuat,gagah dan berani menghadapi rintangan yang kelak akan kau hadapi. Puluhan tahun silam saat terakhir kalinya aku berada di gendongan bahu punggung melayunya.

Dan kini aku berharap ia menggendong dan memapahku keluar dari kursi nasibku ini.

Empat pilar kerajaan sibling* menyanggah ruangan sickbed, Istriku sekaligus permaisuri kerajaan kecilku beserta tiga princeling pewaris tahta sibling berdamping bergantian menopang hari tuaku, Aku bangga akan itu dan berharap mereka tidak melakukan tindakan dispirited* yang menyebabkan kerajaan akan terberai.

Nametulis(2009).

Glosarium

Sibling : Saudara Kandung.

Sickbed : Tempat tidur orang yang sakit.

Dispirited : Sedih, Putus Asa, Kecil Hati.

Bharata Purwa Dalam Lakon Semar Dadi Radja.

11 Juni 2009 – 23:55 am

Pelataran wayang orang Bharata Purwa dekat terminal Senen tampak sepi padahal berlangsung seru dalam babak terakhir ketika Semar melaksanakan suatu persidangan di Negeri Bharata suasana dalam keadaan mabuk, usut-usut atas hal itu sampailah terdengar di telinga Semar seluruh peserta persidangan seperti wayang tanpa orang.

Atas desakan mereka di giring dalam suasana yang sesungguhnya sebagai tersidang.

“Mempersiapkan persidangan secara massal memang harus secara kolektif ” menurut Semar.

“Dan semua sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin” Jawab Panitera Sidang.

“Kalau begitu sidang akan dibuka dengan makan-makan terlebih dahulu, setuju” Usul Semar.

“Setuju” teriak serempak peserta tersidang mencapai mufakat.

“Dengan ini sidang dibuka” seraya mengetuk palu 3x. (Tok…Tok…Tok)

Setelah palu diletakkan pada tempatnya seluruh peserta sidang tampak kekenyangan dan mulai persidangan dengan atribut botol ditangannya yang telah disiapkan untuk melempar ke arah panitera sidang.

Benar saja tetapi kebanyakan dari mereka beraut wajah pucat dan mulai kemerahan seperti hendak memuntahkan sesuatu dari mulutnya lalu satu persatu mohon permisi pergi ke belakang untuk bersih-bersih diri setelah muntah di ruang sidang.

Gelak tawa mengiringi langkah kami malam itu dan arah langkah kaki kami menuju Monumen Nasional tepat di samping stasiun Gambir dan Masjid Istiqlal. Selesai menemaninya sholat Isya aku mengajaknya duduk di dalam taman Monas.Seperti tak karuan arahnya pembicaraanku saat malam itu terdorong perasaan bahagia yang menyelimuti hatiku padahal malam itu aku ditelepon untuk segera pulang karena ayahku sakit keras.

Puncak malam itu ketika seloyang brownies kukus ketan hitam aku bagikan kepada orang-orang yang lalu lalang di bawah tugu kemegahan Jakarta aku juga ingin berbagi suka-citaku dengan mereka yang disana. Malam telah melewati bulan dan sebelum menjelang fajar menyingsing aku memutuskan mengantarkan pulang.

Dengan kereta pagi aku mengantarkannya menunggu di Gambir untuk naik kereta ke tempat asalnya di Kota Kuto, lama menunggu datangnya kereta Kutojoyo aku menulis sesuatu di draft pesanku dan telepon genggam ini berbunyi ” Triiittt…Triiittt…Triiittt…Triiittt…” lama aku diamkan tertera nama ( Fa Dad memanggil….)

“Halo Assalamualaikum, ada apa ma… ”  cepat kujawab..

“Wassalam, Neng cepetan pulang papa mau dibawa ke R.S Kartika sekarang”

“Iya ma, sekarang langsung pulang”

 Setelah telepon berakhir.

“Gimana mau ikut atau ditinggal sendiri disini?”

“Ikut aja ah ga enak kalo ditinggal sendiri dan lagi papa pasti ingin ketemu fa”

“Iya nanti sekalian diperkenalkan calon istri baru fa”

“Ga mau… : (

Seraya jurus tangannya mencubit pinggangku.

1Juli 2009 – 05:45 pm

Hampir sebulan lamanya ia berbaring dan menunggu untuk menjalani keputusan dan tak terdengar suara isak tangis pagi itu dariku, tetapi berkecamuk hebat ledakan didadaku pagi itu ia pergi meninggalkan kerajaan Sibling dan meninggalkan pilar-pilar kokoh untuk menjaga permaisurinya yang tercinta.

Semenjak pagi sekali persiapan telah dilakukan secara gotong royong diwilayah aku tinggal menutupi kekurangan keluarga kami. Sanak saudara mulai berdatangan bersama teman-teman dekat keluarga yang satu persatu mengiringi ke pembaringan pusara terakhir dekat dari makam Mak Sakud, aku kangen mereka terkadang sangat menyesal aku belum sempat bisa membuat mereka bahagia tapi aku merasa bangga menjadi anaknya dan cucu dari Mak Sakud.

(Selamat Jalan Papa…..Pesan Telah Lengkap).

15 Juli – Detik ini juga!

Menjadi raja memang tidak mudah selain dari mewarisi keturunan, seorang yang bergelar kesultanan atau raden ataupun golongan ningrat apapun pada dasarnya adalah seorang pemimpin. Yang membedakan hanya siapa dan apa yang dipimpinnya.

Gaya kepemimpinan orang itu berbeda-beda sebagian bersikap Otoriter ada yang menerapkan Demokrasi adapula yang mementingkan sikap Individualitas.

Sepanjang terukur dan sesuai dengan tujuan tanpa harus mengesampingkan kebutuhan rakyatnya terlebih lagi diri sendiri.

Pemimpin itu harus menguasai Ilmu dasar kepemimpinan dalam memimpin yaitu perasaan :

33% Mendengar

33% Memperhatikan.

33% Merasakan.

1 % Menulis.

 

Jawaban Pagi Ini, Nanti dan Seharusnya.

Akhir seminar yang diberikan pada Pekerja Kata yang tanpa terpaksa turut ikut lembur terusik oleh kegaduhan. Dengan membanting pintu hotel karena pulang dalam keadaan mabuk dan botol terjatuh di sisi rak yang pada sisinya tergantung sebuah towel.

Dan tiba-tiba petugas pembersih masuk dan ingin mencuri maka ia dengan mengendap-endap membuka pintu tapi sedetik berikutnya sebuah jurus botol minuman melayang ke kepalanya, dan kucur merah dari kepala seperti gelegak lahar.

Namun dengan baik orang itu memberikan towel hotel tersebut seraya berkata :

“ Bersihkan pakai ini nanti sekalian dicuci yaa”

DOA MALAIKAT UNTUK PENDOSA YANG BERTOBAT

“ Robbanaa wasi’ta kulla syay-in rahmataw wa’ilman faghfir lilladziina taabuu wattaba’uu sabiilaka waqihim ‘adzaabal jahiim “

 Artinya : “ Duhai tuhan kami, Rahmat dan PengetahuanMu meliputi segala segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalanMu sarta jagalah mereka dari siksa neraka jahim”.

Doa di atas terus-menerus dibaca oleh makhluk Allah yang sangat bersih dan murni tauhidnya dan tidak pernah berkecenderungan terhadap maksiat dan dosa yaitu para malaikat, yaitu ‘alaihimus salam. Doa yang tertera  dalam QS Al-Mu’min 40 ayat 7 ini mereka persembahkan khusus bagi kaum beriman pendosa yang bersegera bertaubat dan berusaha kembali ke jalan yang penuh dengan ridhaNya. Inilah barangkali berita gembira bagi mereka yang telah tersesat tapi kembali menemukan nur rahmat-Nya. Malaikat, makhluk yang teramat suci, bersedia memberikan doanya untuk kita, para pendosa yang bertaubat.

Seorang ulama tafsir, Salim bin Isa berkata, “Alangkah beruntungnya orang mukmin yang bertaubat sekalipun ia tidur di atas kasur, malaikat tetap memohonkan ampunan untuknya”. Didioakannya kita oleh para malaikat, sebut salah satu riwayat, karena kits mengerjakan amalan-amalan mereka. Bertasbih, berdzikir, dan tunduk patuh pada syariat Allah swt. Semoga kita dan anda para pembaca budiman, adalah termasuk di dalamnya. Amin.

(sumber : AZZIKRA)

Mak Sakud (bukan) Gerwani

Siang ini dengan kain lurik peninggalan almarhumah nenekku ia tampak seperti seorang wanita yang digerwanikan tengah melakukan Tarian Harum Bunga ketika tubuh Dewan Jenderal kejang meregang nyawa didalam sebuah lubang, tapi hanya untukku.

Nametulis – 31/05/2012

Saat itu aku sedang mendengar koleksi lagu Mak Sakud yang dinyanyikan Lilis Suryani berjudul Gendjer-Gendjer, tak ada silsilah paham komunis di keluarga kami tapi memang Mak Sakud menyukai kesenian terutama musik dari era Eka Sapta, Dara Puspita, Titiek Puspa sampai ‘Ada Apa Denganmu’ milik Peterpan.

Di sela waktu istirahatnya, ia suka menyenandungkan tembang-tembang yang ia ingat tapi aku tak mengerti yang ia senandungkan dan walau termakan usia tua pendengaran dan ingatannya cukup baik.

Ketika itu lagu ‘Ada Apa Denganmu’ milik Peterpan menjadi hits ditayangan televisi dan Mak Sakud minta dibelikan kasetnya oleh Kak Mut jadilah eMak sering bermain di kamarku sekedar minta diputarkan lagu-lagu dari band Bandung tersebut.

Album selanjutnya aku lebih suka mendapatkannya dalam bentuk mp3 bajakan(baru punya Player’nya) tetapi aku tetap memainkannya dengan gitar kecilku. Tak disangka Mak Sakud masih ingat pada lirik-lirik nya jadilah eMak sering bernyanyi di kamarku sekedar mengisi hari tua dan mengingat Kadiyah muda.

Sewaktu muda ia dikenal dengan nama Kadiyah, tapi jika sejarah mencatat dengan selembar akte Sakud adalah nama yang diberikan kakek buyutku, ayahnya seorang Dalang Wayang Kulit jadi semenjak kecil hingga dewasa lekat ia dengan produk budaya pada masa itu telinga tuanya tidak menolak akan perubahan produk kebudayaan tak seperti kebanyakan telinga tua lainnya.

Tapi meskipun menyukai kesenian ia tak pernah berharap keturunannya menjadi seorang seniman, walau begitu keluarga tetap memberi restu terlebih lagi Mak Sakud. Diam-diam ia menyisihkan sedikit perhiasan emas berharga miliknya dari berjualan kecil-kecilan untuk biaya pendidikan kami.

Hanya aku yang belum berhasil di kelopak mata tuanya dan Mak Sakud pula yang menjadi teman terakhirku di rumah, aku juga suka menyakiti hatinya dengan ucapanku yang terkadang ketus.

Tapi kalau sudah merasa bersalah padanya hanya segelas Teh Tubruk dan pijatan pada kakinya yang terasa keriput di tanganku sebagai ungkapan rasa maaf penyesalan dan rasa sayangku.

Nametulis/31/01/2009

Gas Air Mata, Musik & Senjata Tongkat.

Batu neraka menjadikan hitam tubuhmu
Bahan bakarnya adalah tubuhmu
Pembakaran menghilangkan hitamnya dosamu,
Pertunjukan dimulai hentakan nafas saxophonist
Berkumpul menuju arena sebelum,
Batu neraka membakar dosa
Putih tetap putih
Hitam akan menjadi
hitam tetap hitam
putih akan hitam
hitam akan putih

(Sebuah sajak menemani manis dan lembutnya jiwa yang keras – Kremm studio)

(1994)Generasi Dengan Angka Sembilan Puluh. Kematian Kurt membuat penggemar Nirvana kehilangan. Terutama Boddah, sejak kecil ia menjadi teman virtual Kurt semenjak berumur 2 tahun Boddah lahir dari dalam kepala Kurt dan hanya menemaninya selama 27 tahun. Setelah letusan itu memecahkan kepala Kurt serta merta menghamburkan isi kepalanya, dengan begitu Boddah selamanya hidup dan keluar menjelma menjadi inspirasi tiap orang yang mengenal sosok Kurt Cobain.
Tiap generasi pasti ada yang akan menjadi personage seseorang atau sekelompok orang yang terkemuka. Boddah memberikan itu pada tiap orang yang membaca atau setidaknya mendengar suara teriakan dan melihat lompatan sahabatnya, terbukti siapa yang tidak mengenal Dave Grohl dengan Foo Fighter atau kemunculan Hole dengan Courtney Love. Dan hal itu berlangsung sampai detik nada ini karena Boddah adalah seorang pemuja ketenaran, seorang penggagum yang lahir dari kekaguman seorang yang banyak dikagumi dan ia mulai membenci itu sama halnya seperti Kurt yang mulai membenci popularitas tapi ia harus menjalani sebagai resiko hidupnya. Boddah berkali-kali menembak kepalanya tetapi tak pernah berhasil mengakhiri hidupnya karena ia tetap ada dan lahir kembali sebagai seorang yang memuja ketenaran.

(2002)Dan Esok Kita Berdansa JKT:SKRG. Dalam dirinya bersemayam jiwa ketenaran yang membayangi generasi tiap jamannya dan kini ia mulai membayangi diriku. Tiap kunaiki panggung ketenaran dan mulai kupujikan nyanyian untuknya, selalu aku melihat sosok yang sama didepan panggung diantara para pemuja ketenaran yang lainnya dan yang membedakannya dia hanya diam saja. Terbalut kemeja kotak lengan panjang profanely dan mengacungkan senjata ke kepalanya dan diakhiri dengan mengacungkan senjata api kearahku.

Esoknya kumelihatnya lagi kali ini dengan dressed yang berbeda dengan sepatu lars 16 lubang lengkap dengan baret dikepalanya dan lebih gawatnya kali ini yang dilakukannya ia menelan granat dan……….dud. Bom tangan itu tidak meletus lalu ia hendak melemparkan ke udara dan para pemuja lainnya bersorak mengakhiri perubahan tahun malam ini dengan luapan berapi-api, dan kumelihat ia tetap diam tak bergeming dan diakhiri dengan mengacungkan senjata api kearahku tapi berbalik dan meledakkan kepala dia sendiri.
Akhir tahun ini ditutup dengan penjualan album kami yang meningkat disebabkan insiden tewasnya seorang aparat yang frustrasi bertindak berlebihan ketika menghalau kerumunan massa di depan panggung dengan melempar gas air mata dan tiba-tiba seseorang dengan kemeja kotak lengan panjang profanely merebut senjata api di pinggang kirinya dan menembak dari jarak sangat dekat. Orang tersebut menghilang diantara kerumunan meninggalkan aparat yang tergeletak didepan panggung sendirian. Dan kerumunan seragam geram mulai bertindak dengan sporadis. Menyisir malam itu mencari dan memukuli tiap orang yang berpakaian profanely dan mengangkut diantara mereka yang dicurigai tapi tanpa barang bukti yang jelas mereka tidak berhak menahan. Di negara ini hukum sangat jelas dapat diperoleh dengan informasi yang sangat cepat diketahui, khususnya jika sebuah grup musik mendapat tuduhan melakukan tindakan anarki dan dituduh menyebabkan kerusuhan.

“ Itu diluar tanggung jawab kami,malam itu kami hanya bernyanyi ”

jawab pelantang suara band kami kepada media massa yang meliput.

Che de la Sase mulai banyak mendapat tawaran bermain dipanggung hebat dan itu mengakibatkan gelombang pemuja yang sangat besar dan terkadang hal itu tidak diantisipasi oleh penyelenggara acara sehingga beberapa kali terjadi insiden kecil, tetapi malam tahun baru itu adalah pukulan menyegarkan sekaligus mematikan. Aksi panggung kami mulai dibatasi dengan berbagai macam aturan juga beberapa atribut kami dilarang dan penjagaan keamanan semakin diperketat, sepikul jamur arak Bogor berkurang, kami hanya diperbolehkan mengkonsumsi bir itu juga produk zero. Yaitu merk minuman nol persen alkohol yang mensponsori kami. Dan akhirnya satu persatu personil mulai berpikir untuk meninggalkan band dan ingin konsentrasi dengan karir masing-masing. Malam ini adalah pertunjukan ketenaran kami yang terakhir, Paye de Namete melantangkan suaranya menegaskan pembubaran Che de la Sase tapi tidak untuk selamanya,

“ Kami tetap akan menjadi yang terdekat untuk para Sase ”

Diakhiri sorak sorai mencaci dari para pemujanya dan diredam dengan raungan distorsi serta noise yang tak pernah berakhir. Malam itu aku tidak melihat sosok terbalut kemeja kotak lengan panjang profanely lagi.

Aku sangat merasa kehilangan, tidak merasa sama seperti sebelumnya.

“ Tak percaya kurasakan terbawa, sungguh tempat yang dapat melupakan dan membawaku bahagia juga jauh dari kesombongan dan kebencian yang ternista”

( 0 Derajat – RumahSakit )

(2004) Storm And Stress (Perjuangan Keras).
The Struggler sebuah band dengan muatan kental kekerasan tengah berjuang menembus dapur rekaman. Saat itu aku menjadi salah satu juri untuk sebuah acara pencarian bakat, tak ada yang menarik minatku, sampai pada saat seorang remaja memasuki ruangan studio tempat diadakan audisi dengan celana blue jeans dan mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely menenteng gitar listrik Schecter hitam dan mengeluarkan pistol lalu mengacungkan kepada semua yang didalam ruangan musik berpendingin dan menarik pelatuknya lalu keluar api dari moncongnya dan yang lain sama sekali tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu hanya aku sendiri yang tertawa walau dalam hati, dan ia menyalakan sebatang rokok dimulutnya sejenak menarik asap hendak mengeluarkan suara gitarnya ia diminta dengan kasar untuk keluar dari ruangan. “Belum beken aja udah berlagak” masih terngiang-ngiang rupanya teguranku yang keras tadi ketika kuhampiri dan memberinya kesempatan untuk mengikuti audisi lagi, tapi ia menolak dan memainkan gitar listriknya didepanku dan ajaib seketika aku menjadi Boddah. “Mas, Aku ingin rekaman bisa bantu band aku ga?”

Permintaan tulus dari seorang remaja yang belum aku kenal tapi aku melihat potensi besar yang ada dalam dirinya. “Kamu masuk aja ke dalam, ikuti audisinya dan jika lolos kamu dapat kesempatan untuk rekaman…”

“Tapi apa cuma untuk aku?”

“Nanti akan ada posisi lain yang terisi jika lolos audisi pula… ”

“Berarti itu bukan band saya!”

“Kalian yang akan menjadi band baru tentunya…”

“Saya cuma mau bermain untuk band saya saja, permisi…”

Dan kumelihat kepergian ia meninggalkan jejak ketenaran yang akan membuat orang mengendus dan mengikuti kemana ia pergi. Melihat performance dari The Struggler menunjukan perjuangan mereka tak berhenti begitu saja karena penolakan-penolakan yang dihadapi, mereka malah melakukan aksi dengan gratis terlebih lagi membagikan rekaman dalam bentuk cd dengan cuma-cuma. Dan aku mengenali seorang diantara mereka yang bermain gitar utama sebagai orang yang membuatku menjadi Boddah ia pemain gitar kelompok The Struggler. Di setiap pertunjukan mereka aku selalu hadir mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely dan berdiam diri meredam gejolak oktan tinggi. Aku tidak merokok tapi selalu membawa korek api berbentuk senjata api dalam ukuran sebenarnya, dan selalu aku acungkan dari arah kepalaku dan berakhir ke arah panggung. Sesekali aku ditegur oleh petugas keamanan tapi setelah aku jelaskan bahwa ini korek api dalam bentuk senjata, baru dapat dimengerti dan selalu aku selipkan uang didalam bungkus rokok yang kuberikan padanya dan aku dapat melenggang bebas keluar ruangan.

Begitulah kawan dikota ditempat aku dibesarkan diajarkan untuk menyulap keadaan, berbeda dengan kota-kota lain yang mengajarkan menyuap petugas ketika terlibat suatu masalah. Sehingga aku mengenali beberapa wajah petugas yang berkeliaran dipanggung-panggung ketenaran, seragam mereka lebih dari tenar walau membungkus badan, jiwa dan wajah yang berbeda. Tidak sama apa yang nampak terlihat walau pangkat di bahu semakin tersusun rapat. Seorang teman pernah berucap selepas meninggalkan bangku sekolah jika ia diterima dalam tes masuk kepolisian tidak akan menggantungkan stik drum musiknya karena merasa itu sudah menjadi bagian jiwanya. Aku hanya tertawa mengingatnya ketika melihat dia membawa tongkat ditangannya dan menghalau para pelanggar batas di panggung ketenaran, temanku itu sudah berubah tidak lagi seperti dahulu membawa stik drum saat berseragam sekolah, kini ia membawa tongkat ketika mengenakan seragam hijau bertuliskan Pertahanan Sipil.

(2007) Akhir Perjuangan Band Di Depan Mata.
Setiap usaha keras pasti akan ada hasilnya, setelah berjuang keras mengatasi kesukaran-kesukaran menuju panggung ketenaran pada masa itu, maka akan ada hasil akhirnya. Perjuangan keras menjadi lunak seiring kemasyuran memanjakan masyarakat pejuang, dan karya termasyur berlomba menjadi yang termegah-megah diantara panggung ketenaran. Tiap pejuang mulai berhenti memperjuangkan apa yang dicita-citakan karena itu semua telah diperoleh, dan buah hasil dari perjuangan mereka telah dipetik sekarang bersamaan peluncuran album yang terakhir dari The Struggler. Kaimdante la Gerunge merasakan sebaliknya. Ia merasa ini semuanya baru dimulai kemarin dan tetap ingin terus berjuang demi Boddah agar tetap bersemayam dalam dirinya, jadi ketika rencana peluncuran album terakhir The Struggler ia menentang keras dan ingin terus menjalankan misi perjuangan.

Sinyal itu tertangkap dari single yang baru saja mereka keluarkan :

“Kemenangan mutlak pasti akan ditangan, Perbedaan bukanlah menjadi halangan”

Sebait lagu dari The Struggler berjudul Pertempuran Malaikat sampai di telinga Paye de Namete yang sedang konsentrasi membangun kembali Che de la Sase. Ia mengirim single sebagai upaya jawaban yang berjudul :

Palu Arit (Merah_Putih Di Dada Ku)

Bulan Merah Membentuk Arit Membelah Langit
Meniup Penolakan Kobarkan Bara Pemberontakan
Palu Baja Menghantam Dada Robohkan Penguasa
Militer Bertindak Rakyat Berontak
Che Akan Memburunya, Che de la Sase Akan Membunuhnya
Sekam Dalam Hati Lama Terobati Melihat Tarian Bunga Gerwani
Mengeksekusi Mati Musuh Kami Tapi Tanpa Tuduhan Konspirasi
Kami Tetap Cinta Dengan Ibu Pertiwi Walaupun Kami Golongan Kiri
Kami Tetap Cinta Dengan N.K.R.I

Lagu itu sebagai pertanda kemunculan kembali Che dengan semangat nasionalis kiri baru tapi terdengar sangat sepi ditelinga Kaimdante karena hanya berupa rekaman gitar akustik dibalut dengan suara datar, berbeda dengan Che de la Sase yang pernah ia ketahui sebelumnya yang penuh dengan nada memperlihatkan kemarahan.

“Mungkin ada yang telah berubah dengan Che” Kaimdante membatin.

“Sebaiknya kita temui saja” Sambung aparat bertongkat dari balik sebuah drum.

“Tidak usah, ia akan keluar juga” Jawab singkatnya.

Tidak mudah mencarinya karena Paye de Namete telah membisukan diri hanya berbicara dengan nyanyian dalam nada dan keberadaannya tidak diketahui, banyak teman dekatnya mengatakan ia telah mengasingkan diri di sebuah pulau yang bernama Pulau Bisu. Mungkin itu penyebabnya ia tidak terlihat lagi pada penampilan panggung The Struggler, tidak ada lagi sosok mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely berdiam diri dan mengacungkan senjata api kepada kami.
Yang kuingat terakhir kali adalah saat aku menyerang seorang aparat mabuk yang mencoba bunuh diri dengan meledakan diri dengan granat dan ingin melemparkan granat itu ke tengah kerumunan panggung ketenaran pada puncak malam akhir tahun baru, saat pertunjukan ketenaran Che de la Sase yang terakhir. Padahal?
Pertunjukan baru saja akan dimulai, gelombang ketenaran tetap masih bergulung membentuk lautan Boddah baru sebagai wujud dari kehausan akan personage. Kebisuan memang tak pernah mengganggu. Pulau Bisu dihuni oleh seorang penduduk yang sangat pendiam dan kediaman ternyata mengusik dan mengganggunya, sehingga dengan rutinitas tersebut ia mulai menyuarakan hatinya dengan melarung semua apa yang ia suarakan termasuk sisa rekaman saat menjadi Che. Dengan berkelanjutan dari radio satelit yang ia miliki, Paye de Namete memantau aktivitas para pejuang Boddah dan turut berpartisipasi dalam menyuarakan aspirasi mereka, termasuk dukungan doa dan nada. Pada sebuah kesempatan ia mendengar permintaan tulus dari seorang pejuang untuk turut bergabung dalam perjuangannya, dan menjawab dengan single Che yang berjudul Tuhan Tahu Tapi Menunggu.

“Lafzhul Jalalah Yaa Jabbaar Yaa Qahhaar Yang Maha-Maha Perkasa Kelak Berkehendak Tak Dapat Di Ingkari”

Dan segera menjadi hits menduduki peringkat chart playlist sebuah stasiun radio mengalahkan tembang hits Pertempuran Malaikat dari The Struggler. Hal itu membuat gusar pejuang dan para pejuang ingin menggempur Che dan menenggelamkannya bersama Pulau Bisu. Bersamaan dengan itu telah dipersiapkan oleh The Struggler sebuah lagu tentang kerusuhan sosial ditujukan untuk Che de la Sase yang berjudul :

Riot Comunniche

Berkata Bangsa(t) Telah Merdeka
Imprealis Che Menjajah
Semenjak Lama Tanah Bangsa Dijajah
Rakyat ingin Merdeka
Revolusi Sosial Di Dalam Dada
Tertanam Memuncak Di Kepala
Kaki Tangan Marxis Lepas Dari Belenggunya
Comunniche Berkuasa…Comunniche Meletuskan Pelurunya
Comunniche Berkuasa….Comunniche Meledakan Kepalanya
Revolusi Sosial Di Dalam Dada Tertanam Memuncak Dikepala
Kaki Tangan Marxis Lepas Dari Belenggunya
Comunniche Berkuasa… Comunniche Meletuskan Pelurunya
Comunniche Berkuasa…. Comunniche Meledakan Kepalanya
Palu Comunniche Menghantam Keras Badannya
Arit Comunniche Memutuskan Kepalanya
Palu Comunniche Mengetuk Pintu Musuhnya
Arit Comunniche Mengkebiri Kelaminnya

Lagu itu mendapat sambutan luar biasa besarnya dan mendorong gelombang besar itu untuk menenggelamkan pulau bisu bersama Che de la Sase, dan seperti diketahui sebelumnya Tuhan memang tahu dan tidak hanya menunggu juga memberi pertolongan pada hamba yang memohon padaNYA. Sebelum rencana itu diwujudkan Che membaca kitab Yang Maha Sastera dan memohon dengan khusyuk padaNYA agar mereka semua terhindar dari Tujuh Kutukan Kesusasteraan, dan mengalir deras air dari matanya lalu semakin lama semakin menenggelamkan pulau bisu. Sebelum tenggelam di kepulauan bisu, Che terdampar pada sebuah mercusuar sastera sebagai jawaban dari doa-doanya.

(2009 – Kepulauan Sastera Dan Mercusuar Hijau
Terdiri dari beberapa Archipelagos Nusantara berdiri megah sebuah mercusuar kesusasteraan sebagai penapis budaya di antara kepulauan muda-mudi yang masing-masing sibuk dengan pulaunya, hanya sedikit pulau yang dapat dikunjungi. Mungkin karena keterbatasan sarana akses masuknya. Terdapat sebuah kapuk yang ternyata itu adalah sebuah pulau yang hampir tenggelam padahal lahan dikapuk itu sangat basah walaupun terasa kering kerontang dan retak wujudnya. Saat itu kujumpai pula Boddah-Boddah baru yang akan menjelma menjadi manusia yang utuh tidak berupa imajinasi pikiran. Beberapa kesempatan aku dapat berdiskusi dengan penghuni kepulauan ini yang identitasnya sengaja aku samarkan :

“ Mereka harus kuliah sastra terlebih dahulu kalau ingin memahami esensialitas filosofis grafis dari rangkaian kata kami “
Jawaban dari salah satu mahasiswa jurusan Sastra Dunia pada suatu Universitas yang sangat membuat mata terpana dengan aksi dari kata-katanya dalam berbagai media.

“ Begitu toh, maka dari itu berikan dalam jumlah gratis jika ingin mereka Memahami tulisan busuk kalian, 100 majalah juga cukup “
“ Tapi, Kap…”
“ Iya toh, itu jika ingin dana menggelotor…”
“ Kalau begitu…”
“ Tapi tidak segampang itu, tahap awal cukuplah 7 kaleng uang logam 100rb Bagaimana tawaran saya? ”
“ Tapi Kap, kami benar-benar mengalami masalah sumber pendanaan, kalau kami harus membagikan kepada anak berseragam yang tidak memiliki isi kepala, maka kami akan menanggung kerugian serta dosa besar sastra dari 7 kutukan kesusasteraan dalam kitabYang Maha Sastra yaitu gagal membaca “
“ Mau bagaimana lagi Cong…”
“ Oleh karena itu saya lebih baik mengundurkan diri saja daripada saya berdosa dan benjol dikepala akibat 1 dosa sastra, saya permisi Kap mohon pamit…”
“ Mau ke mana Cong..”
“ Mau menunaikan ibadah membaca dahulu di ruang pustaka, mari Kap..,”

Begitulah sahabatku petikan pembicaraan kami, dan itu terus menggangguku untuk tidak terus memikirkannya terlebih lagi jawaban dari Kitab Yang Maha Sastera telah membawaku ke tempat ini. Jadi bagaimana aku bisa melanggar isi dari Kitab tersebut aku jelas akan menanggung besar beban dosa akibat kutukan sastera bagi yang melanggar setelah membacanya.
Dan Sekarang) Bukan Akhir Dari Perjuangan.

Tiupan terompet membawaku pada malam peringatan itu genap setahun sudah memperingati sebuah tragedi tempat ini, konon katanya pada saat itu banyak terjadi pelanggaran kekerasan yang menyebabkan semua kepulauan larut setengah dalam dengan tenggelamnya sebuah pulau. Pada malam itu terlihat kembali sosok-sosok dengan celana blue jeans dan mengenakan kemeja kotak lengan panjang profanely, seketika aku melihat dan merasa Boddah telah kembali untuk menyebarkan virus ketenaran setelah melewati beberapa kematian.

Mempersiapkan kematian itu lebih sulit ketimbang harus menjalaninya, itu yang selalu aku tanamkan kepada 26 penduduk pulauku yang baru. Pulau Pembunuh, dan memang tak mudah untuk menjawab semua pertanyaan dan tudingan di pulau kami, sedikit salah menjadi besar ketika pertanyaannya semakin membuat gusar. Sindikat besar di kepulauan pembunuh tak berwujud, tetapi dapat dirasakan keberadaannya dengan menjaga umat didik calon pembunuh. Rangkaian kata-kata mereka adalah parade dari korban-korbannya.

“ Kita akan membunuh Yahudiah ” Begitu ucapan pemimpin sindikat kami.

Dan esoknya keluar Struggling Palestine sebagai bentuk parade korbannya.

Dan begitu seterusnya sampai berkembang ke wujud semiotis yang lebih dinamis sehingga mampu memberikan peranan yang berarti dari penduduk kepulauan kami. Penduduk Pulau Pembunuh.

Aksi ini belum mendapat perlawanan karena kami berusaha serapih mungkin dan tak meninggalkan kekotoran dalam jejak-jejaknya. Boddah pelan tapi perlahan menjalari sekujur dinding dingin mercusuar, tidak seperti kebanyakan pulau di kepulauan sastera. Mercusuar Hijau tetap tegap dan kokoh menjulang menjembatani perbedaan serta memberikan penerangan ditengah kegelapan mata, hal ini membawa dampak besar akan terciptanya peradaban Sastera Dunia.
Dimana perbedaan bukan menjadi masalah dan menjadi budaya baru ditengah krisis identitas kebudayaan akibat membanjirnya budaya asing.

Glosarium
Personage : Orang (yang) terkemuka,tokoh.
Profanely : Dengan sucinya.
Dressed : Berpakaian.
Lars : Boot,millitary boots.
Noise : Gaduh,riuh,kegaduhan,bunyi,menyiarkan.
Struggler : Orang yang berusaha/bekerja keras,pejuang.
Schecter : Merek sebuah alat musik.
Performance : Pertunjukan,perbuatan,pelaksanaan,penyelenggaraan,pergelaran.
Single : Lagu yang satu demi satu dikeluarkan.
Archipelagos : Mengenai kepulauan.
Dud : Sesuatu yang tidak meletus.
Storm & Stress : Perjuangan keras.

[*BEVRIJDEN SEX ]

[‘bed,rıdən] Aku memelihara cacing di belakang!!! Tadinya ia datang begitu saja dan hampir tiap hari kulihat disana, “sama sekali ga menarik dan ga enak diliat” pikirku. Penampilannya yang licin selicin gerakannya juga mengesalkan karena lambat dan malas.

Tapi lama kelamaan aku jadi merawatnya dan kuberikan tempat khusus di belakang. Kini ia mulai merajarela seperti akan ingin menguasai tempatku ini karena mulai bermunculan teman-teman parasitnya, dan yang namanya parasit kehadirannya tidak memberikan manfaat dan terlebih lagi bisa menjerumuskan aku ke tempat yang kotor dan mulai jijik aku terhadapnya.

Tetapi bagaimana cara mengusirnya jika tiap kubuang dan kusiram, mencoba untuk melenyapkannya dengan berbagai macam cara ia selalu kembali lagi dan rupanya memang ia tak mau enyah dari tempat ini. Mungkin jika ada yang mau berminat memeliharanya aku dengan senang hati memberikannya daripada aku mulai kewalahan mengurusnya dan mulai bosan dengan permainannya, ia hanya melata di lantai belakang dan merayap di dinding.

Jika kubiarkan ia akan masuk ke dalam rumah dan mencari kamarku, pernah suatu ketika ia telah melata dikakiku terus naik sampai ke pangkal paha lalu tergeragap aku dari tidur dan ia masih menempel ditubuhku. Tapi aku dibuat menikmati suatu sensasi, jujur saja mirip seperti belaian tangan tapi lebih dingin dan lebih basah. Kadang-kadang aku biarkan pintu terbuka biar ia masuk dan naik ke atas-ranjangku dan aku pura-pura tertidur padahal aku menikmati tiap rayapan tubuhnya dan aku dibuat lupa semua.

Akan tetapi kini aku memelihara *rekel jadi cacing itu tidak berani memasuki kamarku bahkan pergi dan menghilang dari tempat ini. Dibelakang rekel ternyata lebih hebat dari cacing, seekor rekel bila sedang masa birahi sungguh luar biasa,sangat liar. Aku hendak mengkawinkan dengan betinanya tapi seekor rekel biarpun sedang birahi sangatlah selektif dan tidak sembarangan mengejakulasikan spermatozoid dengan liar. Ia lebih suka naik ke atas-ranjangku dan tidur melingkar di kaki dari balik selimut tipis yang membalut tubuh polosku.

*Gesproken

Bevrijden : Memuaskan,melepaskan,memerdekakan,membebaskan diri dari…

Rekel : Anjing jantan,rubah jantan,serigala jantan;anak nakal,berandal.